Skip to main content

Pengalaman Berlibur ke Shanghai - Bagian 2

Pada bagian pertama, saya menceritakan persiapan saya sebelum berangkat ke Shanghai hingga tiba di Shanghai. Di bagian kedua ini, saya akan menceritakan aktivitas saya di Shanghai pada hari pertama hingga hari kedua.

Tiba di Hotel

Perjalanan dari Pudong International Airport ke hotel tempat saya menginap membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam dengan kereta. Saya menginap di Modena by Fraser Putuo Shanghai. Hotel bintang 4 ini bergaya apartemen, dimana di kamarnya disediakan berbagai perlengkapan dapur seperti layaknya sebuah rumah. Lokasi hotel ini juga tidak terlalu jauh dari pusat kota, dan yang membuat nyaman adalah jaraknya yang hanya 5 menit berjalan kaki dari stasiun Metro terdekat. 

Saya tiba sekitar pukul 10.30 siang, dan saya langsung menuju bagian resepsionis untuk menanyakan apakah saya boleh melakukan early check-in atau tidak. Untungnya, para staf hotel ini sangatlah ramah dan baik sehingga saya pun diusahakan untuk mendapatkan kamar sesegera mungkin meskipun seharusnya jadwal check-in adalah pukul 14.00. Tidak lama kemudian, saya diberikan kunci kamar. Sungguh pelayanan yang sangat bagus dari Modena by Fraser Putuo Shanghai ini. Harga per malam yang saya dapatkan untuk 4 orang dalam 1 kamar tanpa sarapan adalah Rp. 1.391.546. Harga ini bisa saya bilang cukup murah untuk sebuah hotel di Shanghai. Baca ulasan saya selengkapnya di Tripadvisor.

West Nanjing Road

Setelah selesai beristirahat, sore harinya saya langsung ke destinasi pertama yaitu Nanjing Road. Karena ini adalah pertama kalinya berkunjung ke Shanghai, saya masih belum memiliki gambaran tentang Nanjing Road sehingga saya bingung apakah harus ke West Nanjing Road atau East Nanjing Road. Pilihan jatuh ke West Nanjing Road. Keluar dari stasiun Metro, saya langsung menemukan beberapa store ternama seperti H&M, dan juga mall besar serta Starbucks terbesar di Asia (pada saat itu). Karena tidak ada yang menarik pikir saya, tidak lama setelah berjalan-jalan sebentar saya langsung merubah destinasi, yaitu ke Oriental Pearl Tower.

Sale di H&M

Starbucks Reserve Shanghai

Oriental Pearl Tower

Karena sudah malam, saya berpikir untuk menuju ke Oriental Pearl Tower untuk melihat suasana malam Shanghai yang dipenuhi oleh lampu-lampu dari bangunan-bangunan tinggi. Dari West Nanjing Road, saya naik subway dan turun di stasiun Lujiazui. Setelah keluar dari stasiun, bangunan-bangunan ikonik Shanghai mulai terlihat, termasuk Shanghai Tower dan Oriental Pearl Tower. Saya tidak masuk ke kedua tempat itu, hanya mencari spot terbaik untuk mengambil foto dari kejauhan dengan latar belakang bangunan itu. Ternyata, malam itu suasananya sangat ramai dipenuhi oleh turis asing ataupun warga lokal. Selesai berfoto, saya langsung pulang ke hotel untuk beristirahat.

Oriental Pearl Tower

Suasana malam di sekitar Oriental Pearl Tower

Yuyuan Garden

Besoknya, saya berkunjung ke Yuyuan Garden, salah satu objek wisata terkenal di Shanghai. Tidak sulit untuk menuju Yuyuan Garden, karena stasiun metro terdekat adalah Yuyuan Garden Station. Perlu berjalan sekitar 5 menit dari stasiun untuk menuju pintu masuk Yuyuan Garden. Di sekitar stasiun, terdapat banyak sekali toko yang menjual oleh-oleh berupa makanan/snack dengan harga yang wajar, tetapi rata-rata penjualnya tidak bisa berbahasa Inggris sehingga komunikasi pun dilakukan hanya dengan menggunakan kalkulator untuk menanyakan harga.

Suasana sekitar Yuyuan Garden

Suasana di Yuyuan Garden juga sangat ramai pada saat saya berkunjung kesana, rata-rata dipenuhi bus yang berisikan turis asing. Jika ingin melihat Yuyuan Garden dari luar tidak akan dikenakan biaya, kecuali kalau mau masuk ke dalamnya. Tidak banyak yang bisa saya lakukan karena untuk mengambil foto saja sulit, orang-orang saling dorong-dorongan ketika berjalan. Lagi-lagi saya tidak tertarik untuk masuk ke dalam dan akhirnya berjalan-jalan di sekitar Yuyuan Garden untuk membeli oleh-oleh.

Suasana di Yuyuan Garden

Dipenuhi oleh turis asing dan lokal

Berbagai macam snack untuk oleh-oleh

Beberapa toko yang menjual street food

The Bund

Selesai dari Yuyuan Garden, saya naik subway untuk menuju The Bund. Berdasarkan informasi yang saya dapat dari internet, stasiun terdekat menuju The Bund adalah East Nanjing Road. Tapi, ketika saya keluar dari East Nanjing Road Station, ternyata saya harus berjalan sekitar 15 menit. Lumayan memakan energi, tapi terbayarkan ketika sampai di The Bund dan melihat megahnya bangunan-bangunan tinggi Shanghai. Dengan berkunjung di The Bund, saya pun meresmikan diri saya sendiri bahwa saya sudah sah berkunjung di Shanghai karena The Bund merupakan main spot untuk turis-turis asing yang berkunjung ke Shanghai.

Menikmati pemandangan di The Bund

Siang itu cuacanya sangat cerah dan matahari pun sangat terik. Sangat tidak nyaman untuk berjalan-jalan. Di musim panas, memang sebenarnya waktu yang cocok untuk berkunjung ke The Bund adalah sore hari. Kita bisa menikmati pemandangan Shanghai sambil duduk santai disana. Lagi-lagi, karena The Bund adalah tempat wisata yang sangat ikonik, banyak sekali wisatawan disini. Selesai berfoto, saya pun mencari makan siang di sekitar The Bund. Ada beberapa restoran disana, tapi pilihan saya jatuh ke KFC. Space KFC di The Bund sangat terbatas, sehingga saya pun take away order saya dan makan di luar restoran. Sayangnya, kondisi jalanan di sekitar The Bund, khususnya area restoran ini sangat jorok. Banyak sampah di jalanan, mirip dengan kondisi tempat wisata di Indonesia. Oh ya, untuk toilet juga sangat susah mencarinya di area The Bund ini.

East Nanjing Road

Selesai dari The Bund, tidak jauh berjalan kaki, saya sudah sampai di kawasan East Nanjing Road yang memang terlihat lebih "wah" dibanding West Nanjing Road. Di East Nanjing Road, toko-toko branded bertebaran di pinggir jalan. Lagi-lagi, kawasan ini sangat penuh dengan turis. Saya tidak tahu berapa kilometer jalanan East Nanjing Road ini, yang jelas sangat panjang! Orchard Road di Singapura tidak ada apa-apanya dibandingkan East Nanjing Road. Ada juga sebuah penyeberangan jalan yang mirip sekali dengan situasi di Shibuya - Tokyo. Ratusan orang menyeberang dari segala penjuru arah, benar-benar seperti di Shibuya!

Dipenuhi oleh para turis

Saya pun memutuskan untuk shopping karena harganya yang sangat lebih murah di Indonesia. Salah satu contohnya adalah Pull & Bear yang harganya bisa setengah dari Indonesia. Perlu waktu kurang lebih 4 jam bagi saya untuk berjalan sambil berbelanja di East Nanjing Road ini. Selesai dari East Nanjing Road dengan kaki yang sangat sakit karena terlalu lelah berjalan, saya pun pulang ke hotel untuk istirahat dan menyiapkan energi saya untuk ke Hangzhou keesokan harinya.

Shibuya of Shanghai?

Apple Store di Nanjing Road


(akan berlanjut di Bagian 3)

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Mengajukan Visa Korea Selatan Melalui Agen Travel

Korea Selatan belakangan ini benar-benar sangat populer bagi wisatawan Indonesia. Banyak sekali WNI yang ingin berlibur kesana, tidak terkecuali saya yang berencana libur lebaran di Seoul. Setelah membuat rencana, tentu saja hal yang harus dilakukan pertama kali adalah mengurus visa. Banyak yang bilang, visa Korsel itu sulit. Selain itu, mengurus visa Korsel juga hanya bisa dilakukan di Jakarta, sedangkan bagi kota lainnya bisa menggunakan jasa agen travel yang tentunya selain lebih mahal, kita juga harus melampirkan persyaratan tambahan yang ditentukan oleh masing-masing agen travel. Saya sendiri akhirnya merasakan pengalaman mengajukan visa melalui agen travel, yaitu Dwidaya Tour. Persyaratan visa versi Dwidaya Tour Persyaratan ini mungkin sama dengan beberapa agen travel lainnya, yaitu: Paspor dengan masa berlaku 7 bulan + paspor lama. Pas foto berwarna 4 x 6 = 2 lembar dengan background warna putih. Fotokopi bukti keuangan (harus rekening koran print di bank di atas

Review XL Pass di Beberapa Negara

Setelah membahas bagaimana cara memilih travel pass yang cocok selama di Jepang, sekarang saya akan share pengalaman saya memakai XL Pass selama di Jepang. Apa sih XL Pass itu? Layanan roaming dari XL XL Pass merupakan paket roaming yang disediakan XL, namun berbeda dengan paket roaming yang disediakan operator lainnya. Sebenarnya agak susah bagi saya untuk menjelaskan XL Pass itu. Untuk gampangnya, sesuai namanya, XL Pass hanyalah pass yang bisa digunakan untuk roaming ketika di luar Indonesia. Pass itu tidak termasuk dengan kuota internet, seperti yang disediakan oleh layanan roaming dari operator selain XL. XL Pass tersedia dan bekerjasama dengan operator telekomunikasi di 39 Negara, baik di Asia ataupun Eropa. Memakai kuota dari paket yang aktif di Indonesia Nah, XL Pass tidak termasuk dengan kuota internet karena kuota internet yang terpakai adalah kuota dari paket yang aktif di Indonesia. Misalnya, di Indonesia, kamu memakai kartu XL yang ada paket internetnya,

Pengalaman Pertama ke Osaka Naik AirAsia X!

Dalam merayakan kemenangannya selama 8 tahun berturut-turut sebagai LCC terbaik di dunia, AirAsia pun memberikan promo kursi gratis di bulan Juli 2016. Saya pun menjadi salah satu orang yang beruntung mendapatkan promo itu. Saya berhasil mendapatkan harga yang super murah untuk penerbangan KUL-KIX-KUL periode libur lebaran 2017. Dengan promo itulah saya dapat mewujudkan impian saya ke salah satu destinasi impian, Jepang. Sebelum saya membahas bagaimana pengalaman jalan-jalan saya ke Osaka, saya mau membahas dulu bagaimana rasanya terbang pertama kali dengan AirAsia X di rute long-haul. Dari dulu saya penasaran bagaimana rasanya terbang dengan LCC di rute jarak jauh, dan akhirnya baru terealisasikan sekarang. Buat yang belum tahu, AirAsia X ini berbeda dengan AirAsia. Perbedaannya terletak di jenis pesawat, kelas, dan in-flight entertainment (IFE). Khusus IFE, jangan dibayangkan akan ada TV seperti di pesawat full service yah. Tentunya akan berbeda jika dibandingkan antara